Lereng Gunung Aseupan Longsor


PANDEGLANG- Kaki gunung Aseupan di Kampung Samala, Desa Pari, Kecamatan Mandalawangi, Kabupaten Pandeglang, dilanda longsor, Minggu (10 Jan 2010). Longsoran yang menyerupai aliran sungai ini terjadi sejak Rabu (6/1) dengan panjang kurang lebih 2 kilometer. Tidak ada korban jiwa akibat musibah ini kecuali kekhawatiran warga yang bermukim di Desa Sinar Jaya dan Desa Pari.

Selain disebabkan oleh hujan deras, longsor juga dipicu oleh gundulnya hutan di kawasan tersebut. “Belum ada rumah atau warga yang tertimbun longsoran. Tapi kami tetap khawatir jika peristiwa itu terus terjadi,” ujar Hidayat (45), warga Kampung Sinarsari, Desa Sinar Jaya, Kecamatan Mandalawangi.

Menurutnya, selain perkampungan di Desa Pari longsoran juga mengancam beberapa daerah lain seperti Kecamatan Jiput, Menes, dan Labuan. “Dampak akibat longsoran ini sudah terjadi dua hari lalu. Seperti banjir di Kecamatan Jiput, Menes, dan Labuan,” kata Hidayat.

Junaedi, warga Pari lainnya menambahkan, longsoran kaki Gunung Aseupan sempat menutupi ruas jalan Mengger-Mandalawangi. Bongkahan tanah dari kaki gunung tersebut menuntupi badan jalan yang berakibat arus lalu lintas terganggu beberapa jam.

Sementara 266 unit rumah yang berlokasi di Kampung Kumpay dan Kampung Handam, Desa Cikarang, Kecamatan Muncang, Kabupaten Lebak, terancam longsor. Pasalnya, pemukiman warga yang berada di atas tebing dengan ketinggian 100 meter dari bibir sungai Cisimuet tersebut berada pada kondisi tanah yang labil.

Sekeretaris Desa (Sekdes) Cikarang, Kecamatan Muncang, Sunardi, mengatakan telah menyampaikan kondisi tersebut sejak 2005 namun belum ada tanggapan dari pemerintah. “Kami meminta agar pemerintah daerah bisa mencarikan solusi sebagai antisipasi longsor seperti pembuatan beronjong atau sejenisnya,” kata Sunardi.

Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Pandeglang Tata Nanzar mengaku telah menjalin koordinasi dengan Pemprov Banten terkait longsor yang terjadi di kaki gunung Aseupan, Kampung Samala, Desa Pari, Kecamatan Mandalawangi.

Selain melaporkan sarana yang rusak, koordinasi juga terkait penanganan yang akan dilakukan. “Pemprov siap untuk turun tangan melakukan penanganan masalah tersebut,” katanya, Senin (11/1). Tata menambahkan, pihaknya juga telah menjalin komunikasi dengan Perum Perhutani. Lembaga ini telah menyiapkan sekitar 3.000 bibit pohon untuk ditanam di kaki Gunung Aseupan dan sekitarnya. “Kami tak berharap terjadi longsor susulan,” katanya.

Dihubungi via telepon, Koordinator Tagana Pandeglang Tb Ade Rahmat mengaku masih memantau lokasi longsor. Sejumlah anggota Tagana ditugaskan bergantian di tempat itu untuk memantau perkembangan. “Longsor terjadi di kawasan hutan lindung yang dikelola Perhutani, Berdasarkan informasi di lapangan kondisinya makin mengkhawatirkan,” katanya.

Ade mengatakan, tidak ada batas waktu pengawasan lokasi longsor. Beberapa petugas tetap akan ditugaskan sebelum perkembangan cuaca membaik. “Kami khawatir terjadi longsor susulan yang lebih besar. Makanya sebelum cuaca membaik anggota tidak akan ditarik,” katanya.(zis/day)

sumber: radar banten